Rabu, 11 Februari 2015

Galaksi yang Berlimpah-limpah

Sekilas foto ini tampak biasa saja, cuma foto beberapa bintang terang dan bintang-bintang redup yang bertaburan. Tapi, bintang-bintang redup itu sejatinya bukanlah bintang-bintang di dalam Galaksi Bima sakti kita. Bintang-bintang itu sebenarnya galaksi-galaksi yang terletak sangat jauh, masing-masing mengandung milyaran bintang!
Galaksi yang berlimpah di alam semesta. Kredit: ESO/UltraVISTA team. Acknowledgement: TERAPIX/CNRS/INSU/CASU
Teleskop yang berada di balik foto luar biasa ini bernama VISTA dan dipasang di negara Chili, Amerika Selatan. VISTA merupakan teleskop terbesar di dunia yang ditujukan untuk memetakan langit malam. (Astronom menyebutnya ‘teleskop survei’, karena teleskop semacam itu menyurvei langit malam yang luas untuk mencari obyek.)
Supaya bisa menampakkan galaksi-galaksi yang sangat jauh dan redup ini, VISTA menghabiskan 55 jam untuk mengamati bagian yang sama di langit. Selama rentang waktu itu, cahaya redup yang berasal dari galaksi-galaksi masuk ke dalam kamera teleskop, seperti halnya mengisi ember dengan tetes demi tetes air secara perlahan hingga ember penuh. Dengan mengumpulkan ‘tetesan cahaya redup’ ini teleskop  menghasilkan citra ratusan ribu galaksi di suatu bagian langit malam yang biasanya tampak gelap dan kosong.
Fakta Menarik : Berapa banyak galaksi di foto yang bisa kau lihat? (Perhatikan foto di atas dengan baik) Foto itu memuat lebih dari 200.000 galaksi!

Abad Antariksaaaa!

Seringkali memang tidak mudah untuk memahami waktu berlangsungnya sebuah kejadian di alam semesta. Tapi alam semesta itu sendiri sangat besar dan sudah ada untuk jangka waktu yang sangat lama. Tidak percaya? Usia alam semesta sudah 13,7 milyar tahun! Itu artinya sekitar 3 kali lebih tua dari Bumi. Tidak mudah bukan untuk membayangkan waktu sebelum Bumi ini ada?
Skala waktu yang sedemikian besar sekaligus menunjukkan kalau para astronom tidak bisa mempelajari hal-hal seperti kehidupan bintang hanya dari satu bintang. Akan membutuhkan waktu jutaan sampai milyaran tahun! Karena itu, para astronom kemudian mengamati bintang yang berbeda-beda yang sedang berada tahap kehidupan yang berbeda juga.
Supernova yang bergerak cepat. Kredit: ESO
Ada kalanya juga, di tempat yang sangat jauh di alam semesta terjadi sesuatu yang tampak perubahannya di langit malam di masa kehidupan kita. Salah satunya yang ada di foto terbaru di halaman ini. Tampak awan gas yang bersinar yang merupakan sisa ledakan kematian sebuah bintang masif yang terjadi 11000 tahun lalu. Astronom menyebut ledakan seperti ini “supernova”.
Awan tersebut bergerak di angkasa sangat cepat dengan laju 650 000 kilometer per jam. Bahkan meskipun letaknya sangat jauh dari Bumi, geraknya yang cepat juga memberikan perubahan posisinya di langit malam di zaman kehidupan kita sekarang. Ketika kamu sudah tua, bintang yang tampak di samping si supernova tersebut di langit malam akan berbeda dengan bintang yang ada di dekatnya saat ini.
Bahkan meskipun sudah lewat 11000 tahun, ledakan supernova tersebut masih bisa mengubah wajah langit malam.

Yuk ikut ambil bagian: Biasanya para astronom menyimpan catatan harian dari pengamatan mereka. Catatan ini merupakan rekaman yang sangat berguna untuk digunakan sebagai referensi ketika ada suatu perubahan di alam semesta. Bagaimana kalau kamu juga membuat catatan pengamatanmu sendiri? Meskipun kamu tidak punya teleskop tapi kamu bisa membuat sketsa apa yang kamu lihat, contohnya Bulan, dan obyek-obyek spesial seperti komet yang melintas.

Tata Surya Mini di Bintang KOI-351

Kehadiran sistem keplanetan yang lain “sudah bukan hal yang aneh”. Setidaknya saat ini sudah ditemukan 1047 planet yang mengitari 749 bintang selain Matahari. Tapi harapan untuk menemukan Bumi yang lain masih terus dalam pencarian. Tak hanya Bumi lain, bagaimana dengan saudara kembar Tata Surya?
Di antara sistem keplanetan yang ditemukan, belum ada sistem yang memiliki kemiripan dengan Tata Surya. Tercatat sistem planet multipel yang sudah ditemukan sampai saat ini adalah 179 sistem. Di antaranya adalah sistem Kepler-11 yang memiliki 6 planet dan HD10180 yang memiliki 7 planet. Akan tetapi sistem yang ada belum memiliki kemiripan yang bisa dikategorikan kembaran Tata Surya.
Jawaban mudah dari langkanya saudara kembar Tata Surya sebenarnya sama dengan sulitnya mencari Bumi lain yang persis sama dengan Bumi. Evolusi pembentukan planet tentunya menyisakan perbedaan yang signifikan anatara dua planet maupun dua sistem.
koi351_l
Sistem keplanetan di bintang KOI-351. Kredit: DLR Institute of Planetary Research
Tapi, kelangkaan itu tidak berarti tidak ada. Setidaknya saat ini, para astronom dari German Aerospace Center (Deutsches Zentrum für Luft und- Raumfahrt; DLR), bersama astronom lainnya dari Jerman dan Eropa berhasil menemukan sebuah sistem yang memiliki kemiripan dengan tata Surya. Kemiripan tersebut meliputi jumlah planet serta struktur dan susunan planet di dalam sistem.
Bintang KOI-351 merupakan rumah bagi tujuh buah planet yang mengitari dirinya.  Susunan ketujuh planet tersebut memiliki kemiripan dengan susunan delapan planet di Tata Surya, dimana planet batuan kecil berada dekat dengan bintang induk dan planet gas raksasa berada pada jarak yang lebih jauh. Perbedaan terbesar antara sistem di KOI-351 dan Tata Surya adalah jarak terluar sistem KOI-351tidaklah jauh atau artinya, sistem KOI-351 sangat kompak dibanding Tata Surya.
Batu Loncatan menuju Saudara Kembar Tata Surya
Sistem KOI-351 merupakan batu loncatan menuju penemuan saudara kembar Tata Surya. Setidaknya itulah yang menjadi harapan bagi para astronom. Petunjuk bahwa sistem yang serupa mungkin saja ada di alam semesta.   Dari ketujuh planet di sistem KOI351, tiga diantaranya sudah ditemukan terlebih dahulu oleh tim Planethunters.org yakni KOI-351d, 351g dan 351h dengan periode 60 , 211 dan 331 hari, mirip dengan periode orbit Merkurius, Venus dan Bumi.
Empat planet lainnya ditemukan oleh tim yang dipimpin Juan Cabrera. Ke-4 planet tersebut berada dekat dengan bintang induknya KOI-351. Kala waktu yang dibutuhkan keempat planet untuk mengitari sang bintang adalah 7, 9, 92 dan 125 hari. Planet terluar dari sistem ini, KOI-351 h berada pada jarak sekitar 150 juta km atau tepatnya 1,01 AU. Dengan demikian keseluruhan planet dalam sistem ini berada hanya dalam rentang jarak Matahari – Bumi (1 AU). Planet terluar di Tata Surya yakni Neptunus berada pada jarak 30 AU, artinya kedelapan planet di Tata Surya berada dalam jarak 30 AU. Nah sekarang bayangkan ada 7 planet yang berada sangat dekat dan mengisi sistem dalam jarak 1 AU saja.
Jadi, sistem KOI-351 bisa dikategorikan sebagai Tata Surya mini. Yang menarik, si Tata Surya mini  tersebut punya struktur sistem yang serupa dengan Tata Surya. Arsitektur sistem KOI-351 menunjukkan kalau planet batuan seukuran Bumi berada dekat dengan bintang induk sedangkan planet gas raksasa serupa Jupiter dan Saturnus ditemukan berada jauh dari bintang induk. Kehadiran Tata Surya mini di KOI-351 menjadi titik tolak perjalanan mencari saudara kembar Tata Surya yang jika bisa ditemukan maka harapan menemukan saudara kembar bumi pun semakin besar. Tak hanya itu, penemuan sistem KOI-351 juga menjadi momen penting untuk memahami proses pembentukan dan evolusi dari sistem keplanetan.
Sistem Keplanetan KOI-351
Sistem keplanetan yang mengitari bintang KOI-351, memiliki 7 buah planet yang bergerak mengitari sang bintang induk, merentang sampai dengan 1 AU. Ketujuh planet tersebut ditemukan melalui metode pengamatan transit yang dilakukan oleh Wahana Kepler. Kandidat planet yang dilihat Kepler kemudian dianalisa kembali oleh para astronom dan kemudian dilakukan konfirmasi ulang lewat pengamatan dengan menggunakan teleskop landas Bumi maupung landas angkasa untuk membuktikan bahwa sinyal yang dilihat Kepler memang merupakan planet.
KOI-351, bintang dengan massa 1,14 massa Matahari yang jadi salah satu target wahana Kepler tersebut berada pada jarak 2722 tahun cahaya dari Bumi. KOI atau Kepler Object of Interest merupakan kode yang diberikan pada bintang yang diduga memiliki kandidat planet. Ketujuh planet yang ditemukan di sistem ini berhasil dikonfirmasi keberadaannya oleh para astronom.
Planet KOI-351b dan 351c diketahui memiliki ukuran 31% dan 19% lebih besar dibanding Bumi. Untuk bisa mengkonfirmasi keberadaan kedua planet yang sebenarnya terhitung sangat kecil, Juan Cabrera dan tim kemudian membuat algortima untuk melakukan analisa keberadaan planet tersebut. Hasilnya, diketahui kalau resonansi orbit kedua planet tersebut adalah 5:4. Jadi ketika planet b menyelesaikan 5 kali orbitnya maka c juga menyelesaikan 4 kali putaran orbitnya.  Resonansi serupa ditemukan juga di antara satelit dalam Jupiter.
Planet KOI-351d, salah satu planet yang ditemukan oleh tim Planethunters.org sudah diketahui periode orbitnya yakni 60 hari dengan diameter 2,9 diameter Bumi. Dari ukuran, planet ini bisa dikategorikan sebagai planet Bumi Super atau mini Neptunus. Akan tetapi, karena massa planet belum diketahui maka belum bisa dilakukan klasifikasi bagi planet-planet di KOI-351. Planet KOI-351e dan 351f juga diketahui memiliki ukuran yang hampir sama dengan planet 351d yakni 2,9 ukuran Bumi. Ukuran yang mirip antara planet 351d, 351e dan 351f menjadi contoh lain kemiripan dengan Tata Surya dimana Venus- Bumi dan Uranus – Neptunus memiliki ukuran yang hampir sama. Planet gas raksasa KOI-351g dan 351h pada area terluar memiliki ukuran 8 dan 11 kali Bumi dengan periode orbit jauh lebih panjang dari planet dalam.  Komposisi planet batuan dan 2 planet gas raksasa juga mirip dengan Tata Surya.
Untuk bisa memastikan keberadaan ke-4 planet di KOI-351, Juan Cabrera dan tim membangun algoritma pemrograman yang kemudian dikonfirmasi keberadaannya lewat inspeksi visual yang dilakukan oleh Joseph R. Schmitt dari Yale University.
Keberadaan planet-planet di KOI-351 yang sangat dekat satu sama lainnya memberi implikasi lain  dari interaksi planet-planet di sistem tersebut. Akibat interaksi yang kuat antar planet, sinyal yang dilihat Juan Cabrera pada data yang diambil Kepler tidaklah teratur. Ada variasi aka perbedaaan yang kuat dalam periode orbit. Variasi yang paling tampak, terjadi pada planet 351g yang menghasilkan perbedaan waktu 1 hari antar transit yang terjadi terhadap bintang induknya pada saat pengamatan dilakukan. Perbedaan ini bukan tidak pernah terlihat sebelumnya. tapi perbedaan mencapai 1 hari baru terjadi pada sistem KOI-351. Biasanya variasi yang muncul pada periode orbit hanya dalam hitungan beberapa menit.
Nama KOI-351
Penemuan planet di sistem KOI-351 selain memiliki keunikan pada sistemnya yang mirip Tata Surya, juga pada penemuannya. Ada dua kelompok berbeda yang melakukan penelitian pada sistem tersebut dan melakukan rilis penemuan pada hari yang sama. Dari tujuh planet, tiga diantaranya yakni KOI-351d, 351g dan 351h ditemukan oleh tim sains warga Planet Hunters sedangkan 4 lainnya ditemukan oleh tim dari Eropa yang dipimpin oleh Juan Cabrera.
Setelah penemuan dirilis, tim Kepler yang juga sudah mengkonfirmasi keberadaan planet-planet di bintang KOI-351 kemudian memberi nama baru pada bintang tersebut. Sistem yang awalnya merupakan bintang KOI aka Kepler Object of Interest kemudian diberi nama mengikuti nama bintang-bintang Kepler yang sudah dikonfirmasi keberadaan planetnya.

Nama baru bagi KOI-351 adalah Kepler-90

Planet Oleng di Bintang Kembar

Sepertinya kita saat ini sedang beraada dalam era exoplanet! Setidaknya saat ini kita sudah menemukan 1075 planet di bintang lain. Dan masih ada ribuan kandidat yang sudah dideteksi oleh Wahana Kepler! Kesemua planet itu punya keunikan tersendiri.  Kalau dulu menemukan planet seukuran Bumi merupakan tantangan besar, kini kita punya daftar panjang planet-planet seukuran Bumi.  Kalau dulu para astronom masih mencari planet hanya pada bintang tunggal, kini planet di bintang berdua sudah pula ditemukan. Dan tidak hanya pada satu sistem.

Planet di Bintang Kembar

Salah satunya planet yang baru saja dikonfirmasikan keberadaannya ini. Planet yang menyandang nama Kepler 413b tersebut memang planet yang ditemukan oleh Wahana Kepler.  Planet yang baru ditemukan ini sangat unik! Tidak saja karena ia berada pada sistem bintang kembar tapi juga karena perilakunya!
Ilustrasi sistem planet Kepler-413b. Kredit: NASA/ESA/STScI
Ilustrasi sistem planet Kepler-413b. Kredit: NASA/ESA/STScI
Planet Kepler 413b, merupakan salah satu planet yang ditemukan Wahana Kepler dalam masa tugasnya mencari planet-planet baru di bintang-bintang yang ada di rasi Cygnus si Angsa.  Kepler 413b ditemukan mengitari sepasang bintang katai oranye dan katai merah yang berada pada jarak 2300 tahun cahaya setiap 66 hari.
Menariknya, planet Kepler 413b tersebut bergerak liar bak gasing yang tidak stabil yang berputar pada sumbunya. Dalam 11 tahun, sumbu rotasi planet Kepler-413b ini mengayun bak pendekar mabuk dengan kemiringan 30 derajat. Planet yang berputar pada sumbunya mirip dengan gasing yang dilepaskan dan berputar pada sumbunya. Saat diperhatikan, perputaran gasing itu akan menyebabkan terjadinya pergeseran. Nah itulah yang disebut sebagai presesi atau pergeseran orientasi sumbu rotasi planet secara bertahap setiap satu putaran. Untuk Bumi, orientasi sumbu rotasinya akan kembali ke posisi semula dalam waktu 26000 tahun dengan kemiringan orbit 23,5 derajat.
Akibatnya, sangat dirasakan oleh si planet itu sendiri. Terjadi perubahan yang cepat dan drastis pada musim planet. Jika dibayangkan, kita seperti hidup di sebuah planet dengan musim yang tak menentu dan kita tak bisa memastikan pakaian seperti apa yang akan dikenakan apakah pakaian tipis ala musim panas ataukah pakaian tebal di tengah  musim dingin? Situasi inilah yang harus dihadapi di planet Kepler-413b sebuah dunia asing yang tampak oleng yang dilihat Wahana Kepler.
Tapi itu cuma imajinasi liar yang bisa dibangun untuk berandai-andai karena pada kenyataannya, planet Kepler 413b berada dekat dengan bintang, lebih dekat dari tepi dalam zona laik huni. Artinya, planet ini lebih hangat atau panas sehingga kehidupan tidak akan bisa bertumbuh di sana. Tak hanya itu, planet Kepler 413b yang massanya 65 massa Bumi, merupakan planet Neptunus Super alias planet gas raksasa yang tidak memiliki permukaan.
Keunikan lainnya, bidang orbit Kepler 413b memiliki kemiringan 2,5 derajat terhadap bidang orbit si bintang kembar induknya. Dalam 11 tahun, orbit planet juga tampak bergoyang kecil atau  oleng  saat mengitari pasangan bintang Kepler 413(AB) tersebut.
Penemuan Kepler 413b
Planet Kepler 413b seperti halnya planet yang ditemukan Wahana Kepler lainnya, ditemukan lewat metode transit dimana Kepler melihat perubahan cahaya bintang kala planet melintas di antara planet dan bintang.
Untuk menemukan Kepler 413b, para astronom meneliti data Kepler selama 1500 hari dan melihat adanya 3 transit dalam 180 hari pertama ( 1 transit membutuhkan waktu 66 hari), dan 800 hari kemudian tidak ada transit yang terjadi. Setelah 800 hari, para astronom menemukan adanya 5 transit secara berurutan.
Diprediksikan, transit berikutnya tidak akan terjadi sampai tahun 2020. Penyebabnya bukan saja goyangan pada orbit planet melainkan juga karena diameter bintang yang kecil. Tak hanya itu, bidang orbit kedua bintang juga tidak persis sebidang dengan line of sight (LOS) atau pandangan pengamat.  Line of sight aka LOS merupakan pandangan yang tidak terhalang antara pengamat dan obyek.
Efek dari goyangan orbit, dari sudut pandang pengamat orbit akan tampak bergerak naik turun. Perubahannya cukup besar sehingga ada saat dimana si planet “tidak melintas” di depan bintang jika di lihat dari Bumi. Agar lebih mudah. coba bayangkan roda sepeda yang digeletakkan di tanah pada sisinya kemudian diputar. Roda akan tampak bergetar. inilah yang terjadi pada orbit si planet. Sekarang, bayangkan lagi kita menempatkan gasing yang berputar di tepi horisontal roda yang sedang berputar itu. Keduanya akan tampak bak gerak planet yang bergoyang atau tampak oleng akibat presesi rotasinya.
Pertanyaannya, mengapa planet bisa tidak sejajar dengan bintangnya masih jadi pertanyaan. Apakah ada obyek lain yang menyebabkan terjadinya kemiringan orbit ataukah ada bintang ketiga yang terikat secara gravitasi dengan sistem dan mempengaruhi gerak planet tersebut.

Jawabannya memang belum ada, tapi diduga ada planet lain di sistem tersebut yang belum ditemukan oleh para astronomi. Dan kehadiran “mayoritas yang diam” inilah yang sedang dicari oleh Veselin Kostov dariSpace Telescope Science Institute (STScI) dan Johns Hopkins University (JHU) di Baltimore, Md, bersama rekan-rakannya dalam penelitian lanjutan mereka untuk mencari planet-planet lain di sistem kembar Kepler-413(AB).

Pasangan Unik Planet di Bintang Kepler 36

Pernah melihat Bulan Purnama terbit di ufuk Timur? Pemandangan yang indah bukan? Nah sekarang mari kita bayangkan kalau yang terbit itu bukan Bulan melainkan planet gas raksasa yang tampak di langit malam, mengangkasa di atas permukaan lava. Inilah dunia baru yang ditemukan pada sistem dua planet pada sistem Kepler 36.
Sepasang Planet di Kepler 36a
Ilustrasi planet Kepler 36c yang dilihat dari Kepler 36b. Kredit : Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics/David Aguilar.
Sepasang planet unik berhasil ditemukan oleh tim astronom dari University of Washington dan Harvard University.  Dalam sistem dengan dua planet tersebut, salah satunya merupakan versi lebih besar dari Bumi yang juga kita sebut planet Bumi Super. Si planet Bumi Super tersebut terjebak dalam “perang orbit” dengan pasangannya, planet yang jauh lebih besar seukuran Neptunus. Kedua planet ini mengorbit bintang Kepler 36a yang berada pada jarak 1200 tahun cahaya dari Bumi.
Bintang Kepler 36a yang merupakan bintang induk bagi sepasang planet tersebut berada di rasi Cygnus dan memiliki massa yang sama dengan Matahari hanya saja kerapatannya hanya 25% dari Matahari. Bintang yang berusia beberapa milyar tahun lebih tua dari matahari ini ternyata lebih panas dan memiliki kandungan unsur berat yang lebih sedikit dari Matahari. Usianya yang lebih tua dari Matahari juga menandai kalau si bintang tidak lagi membakar hidrogen di inti dan sudah memasuki masa sub-raksasa dengan radius 60% lebih besar dari Matahari.
Dua planet yang mengitari bintang Kepler 36a tersebut diberi nama Kepler 36b dan Kepler 36c. Planet Kepler 36b merupakan planet kecil laksana Bumi yang memiliki massa 4,5 kali massa Bumi.  Maksudnya planet b ini punya komposisi seperti Bumi yakni sebagai planet batuan. Tapi ukurannya sekitar 1,5 kali lebih besar dari Bumi pada jarak kurang dari 18 juta km dan bergerak mengelilingi bintang induknya tiap 14 hari.
Planet luar yang jadi pasangannya aka Kepler 36c seperti sudah dijelaskan sebelumnya merupakan planet serupa Neptunus. Artinya ia masuk jajaran planet raksasa dengan komposisi yang mungkin saja terdiri dari gas seperti Jupiter atau malah disusun oleh air. Ukurannya jauh lebih besar dari Bumi yakni 3,7 kali Bumi atau 0,37 kali Jupiter, mengorbit dari jarak 19 juta km dengan massa 8,1 kali lebih masif dari Bumi.
Kalau menilik jarak kedua planet dari bintang induknya, dapat dikatakan kalau jarak antar keduanya pun sangat dekat. Diperkirakan jarak planet 36b dan 36c tersebut hanya 1,9 juta km atau kurang dari 5 kali jarak Bumi – Bulan dan keduanya juga memecahkan rekor jarak terdekat antar planet yang pernah ditemukan yakni 20 kali lebih dekat satu sama lainnya dari planet manapun.  Dan dengan jarak yang sedemikian dekat saat papasan dekat, maka akan terjadi pasang surut gravitasi yang memampatkan dan merenggangkan kedua planet.
Metode Pengamatan
Planet Kepler 36c dalam sistem ini ditemukan oleh Kepler yang melakukan pengamatan dengan metode transit. Atau melihat keberadaan sebuah planet dari kedipan atau meredupnya cahaya bintang saat ada planet lewat di depan si bintang.
Setelah planet pertama ditemukan, pencarian pada planet kedua dilakukan dengan menerapkan algoritma yang disebut deteksi denyutan kuasi-periodik untuk menganalisa data Kepler. Algoritma tersebut kemudian diterapkan oleh Joshua Carter dari Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics bersama rekan-rekannya dan mulai melakukan pengecekan pada sistem planet yang ada di data Kepler. Hasilnya ia dan rekan-rekannya melihat ada sinyal di sistem Kepler 36a.
Data yang ada mengungkapkan adanya peredupan cahaya dari Kepler 36 setiap 16 hari, yang merupakan waktu yang dibutuhkan oleh planet Kepler 36c untuk mengitari bintang induknya.  Sedangkan si planet Kepler 36b mengitari bintang induknya 7 kali dalam tiap 6 kali planet 36c mengorbit si bintang. Tapi sulit untuk menemukan keberadaan planet 36b karena ukurannya yang kecil dan gaya gravitasi yang bercampur baur dengan pasangannya. Keberadaannya baru dapat dipilah ketika algoritma denyutan kuasi-periodik itu diterapkan dan sinyalnya dapat dikenali.
Karakteristik Pasangan Kepler 36 b & c
Diperkirakan planet Kepler 36b memiliki susunan yang terdiri dari 30% besi, kurang dari 1 % atmosfer hidrogen dan helium dan tidak lebih dari 15% air. Sementara si planet 36c yang lebih besar memiliki inti batuan yang dikelilingi oleh atmosfer hidrogen dan helium.  Kerapatan kedua planet berbeda sekitar 8 kali tapi perbedaan orbitnya hanya berbeda sekitar 10%. Perbedaan ini sangat kecil sehingga sulit bagi para astronom untuk menjelaskan perbedaan komposisi di antara keduanya hanya dengan menggunakan model pembentukan planet yang ada saat ini. Mengapa demikian?
Model pembentukan planet yang ada memberikan pemahaman kalau planet dalam yang berada dekat dengan bintang induk akan memiliki komposisi batuan sedangkan planet gas akan terbentuk jauh dari si bintang induk. Dengan jarak yang sedemikian dekat, bagaimana dua buah planet yang terbentuk bisa memiliki komposisi yang demikian berbeda? Ini menjadi misteri lainnya yang harus dicari jawabannya oleh para astronom.
Penampakan planet Kepler 36b dari planet Kepler 36c (kiri) dan penampakan planet Kepler 36c dari Kepler 36b (kanan). Kredit :NASA; Frank Melchior, frankacaba.com; Eric Agol
Dalam pergerakannya, kedua planet akan mengalami konjungsi setiap 97 hari. Pada saat konjungsi, planet yang ada di Kepler 36a akan tampak seperti Bulan Purnama bagi planet pasangannya.  Bagi Kepler 36b, planet 36c akan tampak 2,5 kali lebih besar dari Bulan Purnama di langit dan menghadirkan pemandangan  spektakuler  di atas permukaan dunia penuh lava.  Sedangkan bagi planet Kepler 36c, si planet 36b hanya akan tampak seperti bulan purnama biasa.

Sayangnya, kedua planet ini terlalu panas untuk bisa mendukung keberadaan kehidupan meskipun planet 36b diyakini mendukung keberadaan aliran lava di permukaannya.

Kepler-10c, Planet Megabumi Pertama!

Para astronom baru saja mengumumkan ditemukannya planet jenis baru yakni planet batuan dengan berat setidaknya 17 kali Bumi. Mengapa ini jenis baru?
Bagi para astronom, planet seperti ini tidak mungkin terbentuk karena pada umumnya planet yang besar seperti itu akan mengakresi gas hidrogen saat membentuk planet dan berakhir sebagai planet gas serupa Jupiter. Tapi, teori bisa saja salah, apalagi planet bukan obyek laboratorium yang bisa disentuh dengan mudah.  Dan ternyata, planet batuan yang besar itu ada, dan lebih besar dari planet Bumi Super yang selama ini kita kenal. Planet Bumi Super merupakan planet dengan massa lebih besar dari massa Bumi sampai dengan 10 massa Bumi. Atau planet yang massanya antara massa Bumi dan massa Uranus dan Neptunus.
Tapi planet terbaru ini justru jauh lebih besar dan merupakan planet batuan pula. Karena itu, planet ini diberi julukan megabumi!
Planet Kepler 10c, si planet Mega Bumi. Kredit: David A. Aguilar (CfA)
Planet Kepler 10c, si planet megabumi. Kredit: David A. Aguilar (CfA)
Planet ini bisa dikatakan Godzilla-nya Bumi, kata Dimitar Sasselov, direktur  Harvard Origins of Life Initiative. Planet baru tersebut ditemukan oleh Xavier Dumusque dari Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics(CfA) berdasarkan kandidat planet yang diamati Kepler.  Sebuah penemuan menarik dan batu loncatan baru untuk planet kebumian. Dan planet yang dinamai Kepler-10c ini bukan monter seperti Godzilla. tau mungkin seperti Godzilla yang “menjaga keseimbangan kehidupan”, maka planet megabumi juga punya implikasi yang baik bagi kehidupan.
Pencarian Kepler-10c
Planet MegaBumi, Kepler-10c, ditemukan mengelilingi bintang Kepler-10 setiap 45 hari dan sistem ini berada 560 tahun cahaya dari Bumi di rasi Draco.  Menariknya, sistem ini tak hanya diisi satu planet aka si megabumi tadi. Ia juga memiliki planet lain dengan massa 3 massa Bumi yang sudah ditemukan sebelumnya yakni planet lava Kepler-10b. Yang lebih menarik lagi, si planet lava Kepler-10b tersebut menyelesaikan satu tahunnya hanya dalam waktu 20 jam!
Seperti namanya, planet Kepler-10c, ditemukan oleh Wahana Kepler melalui pengamatan dengan metode transit, saat si bintang berkedip dan meredup sesaat jika ada planet yang melintas di depannya. Dari peredupan pada bintang induk inilah, para astronom bisa mengetahui ukuran fisik planet atau diameternya. Tapi, penelitian Kepler tidak akan bisa menghasilkan pemahaman kandungan si planet apakah ia planet gas atau batuan.
Planet Kepler-10c diketahui memiliki diameter 29000 km dengan ukuran 203 kali lebih besar dari Bumi. Dari ukuran, planet pada awal ditemukan dimasukan dalam kategori mini Neptunus dengan selubung gas tebal.
Untuk mengetahui lebih banyak lagi tentang planet yang ditemukan Kepler tersebut, para astronom menggunakan instrumen HARPS-North yang dipasang pada Telescopio Nazionale Galileo (TNG) di pulau Canary.
Hasil pengamatan lanjutan inilah yang memberi kejutan bagi Xavier Dumusque dan rekan-rekannya. Planet Kepler-10c ternyata memiliki massa 17 kali massa Bumi. Jauh lebih besar dari yang diharapkan. Apalagi setelah mengetahui bahwa planet tersebut merupakan planet dengan komposisi batuan dan komponen padat lainnya. Maka planet Kepler-10c tidak lagi dimasukan dalam kategori mini neptunus melainkan megabumi.
Hal menarik lainnya, Kepler-10c tidak pernah mengalami kehilangan atmosfer, Artinya planet yang dilihat tersebut memang demikian adanya sejak terbentuk. Tapi, jika planet ini pernah memiliki atmosfer, maka ia tentu masih memilikinya saat ini.
Planet Yang Seharusnya Tak Ada
Kehadiran planet Kepler-10c menantang pemikiran para astronom untuk bisa menjelaskan teori pembentukan planet. Bagaimana, planet batuan sedemikian besar bisa terbentuk. Apalagi, berdasarkan pengamatan, sepertinya Kepler-10c tidak sendirian.
Penemuan ini dipaparkan dalam pertemuan astronom Amerika di Boston. Selain penemuan Kepler-10c yang dipaparkan oleh Xavier Dumusque, paparan lain terkait Kepler-10c juga disampaikan oleh Lars A. Buchhave dari CfA. Menurut Buchhave, ada kaitan antara periode planet (seberapa lama sebuah planet mengitari bintang) dan ukuran planet ketika ia mengalami transisi dari planet batuan ke planet gas. Dari penelitian inilah, para astronom menyimpulkan kalau planet megabumi itu tidak sendirian melainkan akan lebih banyak lagi planet megabumi yang ditemukan di masa depan.
Apalagi yang menarik dari planet kita yang baru ini? Penemuan planet megabumi Kepler-10c, memiliki implikasi yang besar bagi sejarah alam semesta dan kehidupan di sebuah planet.
Sistem planet Kepler-10 saat ini berusia 11 miyar tahun. Tidak salah! Usianya 11 milyar tahun. Usia alam semesta 13,8 milyar tahun.  Artinya, sistem ini terbentuk kurang dari 3 milyar tahun setelah Big Bang.
Kalau menilik sejarah alam semesta, maka ketika alam semesta masih muda, yang ada di alam semesta dini hanyalah hidrogen dan helium. Untuk bisa membentuk planet batuan, jelas harus ada elemen berat seperti silikon dan besi. Dan elemen berat tersebut harus dibentuk oleh bintang generasi pertama. Saat bintang generasi pertama meledak, maka bahan-bahan krusial pembentuk planet itupun menyebar di alam semesta, dan kemudian diadopsi oleh bintang dan planet generasi berikutnya. Proses ini memakan waktu milyaran tahun.
Akan tetapi, kehadiran planet Kepler-10c menunjukan kalau alam semesta mampu untuk membentuk planet batuan sedemikian besar bahkan di kala elemen berat masih sangat langka. Artinya, planet batuan bisa terbentuk lebih awal dari pada yang diduga sebelumnya. Dalam teori yang ada, mengingat alam semesta dini hanya berisi hidrogen dan helium dan elemen berat itu masih langka, maka kecenderungan planet yang terbentuk pada bintang generasi awal adalah planet gas. Tapi ternyata tidak demikian.
Dan jika planet batuan bisa terbentuk maka ada kemungkinan kehidupan pun bisa bertumbuh. Dengan kehadiran planet Kepler-10c, maka ini menjadi penanda baru perjalanan pencarian planet kebumian yang tidak saja seukuran Bumi tapi juga hampir mendekati ukuran Neptunus. Dan mengingat usia sistemnya yang sudah tua, maka para astronom harus juga memperhitungkan pencarian planet serupa Bumi di bintang-bintang tua.

Jika bintang tua bisa menjadi rumah bagi planet kebumian, maka para pengamat dan peneliti angkasa yang ada di Bumi akan memiliki kesempatan yang lebih banyak untuk menemukan planet yang memiliki potensi laik huni dalam lingkungan kosmik.

Delapan Planet Baru di Zona Laik Huni Bintang

Awal tahun, artinya saatnya para Astronom di Amerika berkumpul dan berbagi hasil penelitiannya. Dan seperti biasa, dalam pertemuan tersebut banyak sekali hasil menarik yang dipaparkan. Salah satunya adalah penemuan planet extrasolar atau planet di bintang lain.
Ilustrasi planet serupa Bumi yang mengitari bintang yang berevolusi sebagi nebula planetari. Kredit: David A. Aguilar (CfA)
Ilustrasi planet serupa Bumi yang mengitari bintang yang berevolusi sebagi nebula planetari. Kredit: David A. Aguilar (CfA)
Kabar baik itu kali ini dibawa oleh para astronom yang meneliti hasil pengamatan Wahana Kepler.  Adalah Guillermo Torres dari  Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics (CfA) yang membawa cerita penemuan 8 exoplanet baru yang berada di area Goldilocks bintang.
Dalam dongeng ‘Goldilocks dan Tiga Beruang’, ada seorang anak yang rewel. Dia tidak suka  buburnya terlalu manis, seperti bayi beruang, ataupun terlalu asin, seperti papa beruang. Dia tidak senang tempat tidurnya terlalu lembut ataupun terlalu keras. Dia menyukai yang sedang-sedang saja, seperti mama beruang: pokoknya yang pas deh.  Lebih tepatnya, ke-8 planet tersebut diyakini berada di zona laik huni bintang induknya dimana temperatur di area ini pas untuk air tetap berada dalam wujud cair.
Dari delapan planet baru tersebut, dua di antaranya merupakan planet yang memiliki kemiripan dengan Bumi. Bahkan jika dibandingkan dengan planet serupa yang memiliki kemiripan dengan Bumi, dua planet ini memiliki kesempatan paling besar untuk dikatakan sebagai “bumi kembar” meskipun tidak benar-benar persis.
Mencari Bumi Lain…
Dua planet yang baru ditemukan dan diyakini memiliki kemiripan dengan Bumi adalah  Kepler-438b dan Kepler-442b. Kedua planet mirip Bumi tersebut bergerak mengelilingi bintang katai merah yang lebih kecil, lebih redup dan lebih dingin dibanding Matahari. Bintang katai merah merupakan bintang yang umum ditemukan di alam semesta dan bintang-bintang ini memiliki kala hidup yang lebih panjang sampai trilyunan tahun. Bahkan lebih panjang dari usia alam semesta saat ini.
Mencari dan menemukan planet baru semenjak 2005 memberikan cerita yang sangat menarik yang menantang para astronom untuk menemukan cerita lain akan kehidupan seperti yang kita kenal di Bumi. Jelas tidak mudah untuk bisa menemukan kehidupan kompleks seperti di Bumi. Maka dari itu, semua dimulai dengan mencari planet yang paling mirip dengan Bumi supaya peluang untuk menemukan kehidupan yang kita kenal bisa lebih tinggi.
Dalam pemaparan kali ini, Guilermo Torres menceritakan penemuan 8 planet di zona laik huni bintang, dimana dua planet Kepler-438b dan Kepler-442b menjadi berita utama karena kemiripannya dengan Bumi.  Dari segi ukuran, kedua planet juga sedikit lebih besar dari Bumi. Kepler-438b yang berada 475 tahun cahaya dari Bumi, memiliki ukuran 12% lebih besar dibanding Bumi dengan peluang sebesar 70% sebagai kandidat planet batuan. Planet lainnya yakni Kepler-442b, berada pada jarak 1100 tahun cahaya dengan ukuran 33% lebih besar dari Bumi dan peluang sebagai planet batuan sedikit lebih rendah yakni 60%.
Waktu yang dibutuhkan oleh kedua planet untuk mengitari bintang induknya juga lebih cepat dibanding Bumi. Kepler-438b hanya butuh 35,2 hari untuk menyelesaikan satu putaran orbit sedangkan Kepler-442b membutuhkan waktu yang lebih panjang yakni 112 hari.
Kedua planet tersebut masuk dalam kategori laik huni karena keduanya menerima sinar bintang yang cukup untuk menjaga kondisi air di planetnya tetap cair. Sebuah planet digolongkan sebagai planet laik huni jika ia berada di zona laik huni bintang dimana planet akan menerima cahaya bintang sebanyak yang diterima bumi dari Matahari.  Terlalu banyak cahaya yang diterima akan menyebabkan air mendidih dan menguap. Terlalu sedikit dan air akan tetap membeku.
Kepler-438b diketahui menerima cahaya 40% lebih banyak dari Bumi sedangkan Kepler-442b menerima 66% cahaya lebih banyak dari Bumi. Sebagai perbandingan, Venus menerima radiasi Matahari 2 kali lebih banyak dan lihatlah apa yang terjadi di planet tersebut! Venus menjadi planet yang panas dan tidak cocok untuk kehidupan yang kita kenal.
Menurut David Kipping dari Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics (CfA), “Kami tidak bisa mengetahui dengan pasti apakah planet-planet tersebut memang laik huni”.  Dalam twitternya, David mengatakan bahwa mereka memperkenalkan kuantifikasi peluang agar sebuah planet bisa memiliki komposisi batuan dan berada dalam zona laik huni bintang, mengingat keterbatasan data yang mereka miliki. Dengan demikian mereka tidak dapat secara langsung menyatakan jawaban ya dan tidak bagi keberadaan planet tersebut di zona laik huni.
Dari data yang ada, para astronom dapat menghitung peluang keberadaan kedua planet di zona laik hun. Kepler-438b memiliki peluang 70% berada di zona laik huni, sedangkan Kepler-442b memiliki peluang lebih besar yakni 97%.
Yang pasti planet yang ditemukan tersebut merupakan kandidat laik huni yang cukup menjanjikan. Kehadiran Kepler-438b dan Kepler-442b, menggeser keberadaan Kepler-186f dan Kepler-62f yang sebelumnya memiliki peluang paling tinggi dalam hal kemiripan dengan Bumi. Kepler-186f diketahui berukuran 1,1 ukuran Bumi dan menerima cahaya 32% dari bintang induknya, sedangkan Kepler-62f berukuran 1,4 ukuran Bumi dan menerima 41% cahaya.
Ketika Wahana Kepler menemukan sebuah planet, maka obyek yang dilihat itu masih berupa kandidat planet sampai para astronom berhasil melakukan konfirmasi ulang lewat pengamatan lainnya bahwa memang obyek yang dilihat itu adalah sebuah planet.
Demikian juga dengan ke-8 planet yang ditemukan tersebut. Ukuran yang kecil dari kandidat planet menjadi tantangan bagi para astronom dalam penentuan massa obyek. Setelah melakukan konfirmasi awal menggunakan simulasi komputasi, para astronom pun melakukan pengamatan lanjutan untuk memastikan keberadaan planet-planet tersebut. Hasilnya, 4 dari 8 planet yang ditemukan ternyata merupakan bagian dari sistem bintang multipel. Sayangnya, bintang-bintang pasangan di sistem tersebut berada jauh dan tidak memiliki pengaruh bagi planet-planet yang ada di salah bintangnya.

Planet Laik Huni Terkecil di Sistem Kepler

Ada planet laik huni yang ditemukan! Berita baik ini datang dari misi Kepler NASA yang mengumumkan dua sistem keplanetan yang berhasil ditemukan oleh Wahana Kepler. Di antara planet-planet yang mengitari bintang-bintang tersebut terdapat tiga planet laik huni berukuran Bumi Super yang berada di zona laik huni bintang. Artinya, planet yang berada di zona tersebut bisa memiliki air dalam wujud cair yang bisa menopang tumbuh kembangnya kehidupan. Air di zona laik huni bintang bisa berwujud cair karena di zona tersebut suhu permukaan planet cocok untuk keberadaan air dalam wujud cair atau seperti di Bumi bisa ada lautan.
Ilustrasi sistem Kepler 62. Kredit: David A. Aguilar (CfA)
Ilustrasi sistem Kepler 62. Kredit: David A. Aguilar (CfA)
Karena kehidupan di Bumi itu membutuhkan air sebagai syarat utama tumbuh kembangnya kehidupan maka dicarilah planet yang berada di zona laik huni bintang dimana di permukaan planet air bisa berwujud cair. Inilah yang dilakukan oleh Wahana Kepler dalam mencari kandidat planet di bintang-bintang lain di area rasi Cygnus – Lyra.
Dalam penemuannya kali ini, Wahana Kepler berhasil melihat keberadaan sistem keplanetan yang mengitari bintang Kepler 62 dan Kepler 69. Keduanya memiliki sistem multi planet yang artinya masing-masing bintang tersebut dikitari oleh lebih dari satu buah planet.
Sistem Kepler-62 yang dilihat Wahana Kepler memiliki lima buah planet yakni 62b, 62c, 62d, 62e, dan 62f sementara sistem keplanetan pada Kepler-69 memiliki dua buah planet yakni 69b dan 69c. Menariknya lagi Kepler 623, 62f dan 69c merupakan planet berukuran Bumi Super.
Kehadiran sistem Kepler-62 dan Kepler-69 sekaligus menandai dikonfirmasinya 861 exoplanet yang sudah ditemukan. Dari exoplanet yang sudah ditemukan, saat ini tercatat 9 planet di antaranya merupakan planet berpotensi sebagai planet laik huni dan masih ada lebih dari 18 planet berpotensi laik huni yang dilihat Kepler yang sedang menunggu giliran untuk dikonfirmasi keberadaannya. Selain itu, dalam pencarian extrasolar planet, tidak hanya exoplanet yang berhasil ditemukan dan diduga berada di zona laik huni bintang.  Saat ini diyakini terdapat 25 exobulan yang berpotensi laik huni juga.  Exobulan merupakan satelit pengiring bagi exoplanet yang berada di bintang lain.
Wahana Kepler memang melihat banyak sekali obyek yang berpotensi menjadi planet. tapi semuanya dimasukkan dalam kategori kandidat planet atau kandidat planet laik huni kalau si obyek diduga berada di zona laik huni planet. Status obyek akan naik kelas menjadi exoplanet yang dikonfirmasi setelah data yang diperoleh Kepler diamati lebih lanjut oleh para astronom menggunakan teleskop landas Bumi maupun teleskop landas angkasa lainnya untuk mengkonfirmasi kalau obyek yang dilihat memang sebuah planet.
Sistem Kepler-62
Lima buah planet ditemukan bintang Kepler-62 yang merupakan bintang katai K2 yang ukurannya hanya dua per tiga ukuran Matahari dan kecerlangannya hanya satu per lima kecerlangan Matahari. Bintang Kepler-62 yang tergolong bintang katai oranye ini memiliki massa 0,69 massa Matahari dan berada pada jarak 1200 tahun cahaya dari Bumi dengan temperatur 4925 K dan zona laik huni yang merentang dari 0,45 – 0,85 AU.
Bintang kelas K atau katai oranye memang menjadi salah satu target pencarian potensi kehidupan di planet-planet yang ada di bintangnya karena bintang katai oranye memiliki rentang hidup di deret utama cukup lama antara 15 – 30 juta tahun dibanding Matahari yang berada di deret utama hanya 10 juta tahun. Semakin lama bintang di Deret Utama atau di tahap pembakaran hidrogen menjadi helium maka kemungkinan bagi sebuah planet untuk membentuk kehidupan dan berevolusi jadi lebih besar. karena waktu yang panjang bisa memberi waktu bagi kehidupan untuk berevolusi di planet batuan yang di bintang-bintang kelas ini.
Perbandingan sistem Kepler-62 dan Tata Surya. Kredit:  NASA Ames/JPL-Caltech
Perbandingan sistem Kepler-62 dan Tata Surya. Kredit: NASA Ames/JPL-Caltech
Dari lima exoplanet yang ditemukan di Sistem Kepler-62, dua di antaranya berada di zona laik huni bintang. Keduanya adalah Kepler-62e dan 62f yang mengorbit pada jarak 0,427 AU dan 0,718 AU dan tergolong planet Bumi Super jika dilihat dari ukurannya.
Exoplanet Kepler 62e berada pada tepi dalam zona laik huni bintang, memiliki ukuran 60 persen lebih besar dari Bumi sementara planet Kepler-62f ukurannya hanya 40 persen lebih besar dari Bumi atau dengan kata lain ukuran Kepler 62e dan 62f itu 1,6 dan 1,4 kali ukuran Bumi.
Kedua planet di Sistem Kepler-62 diduga memiliki air dengan planet Kepler-62e yang bergerak mengelilingi bintangnya dalam setiap 122 hari merupakan planet air. Sementara itu, planet Kepler-62f yang mengorbit bintang dalam 267 hari diduga merupakan planet batuan seperti halnya Bumi. Dalam sistem Kepler-62, planet 62e merupakan planet laik huni pertama yang ditemukan dalam sistem dan planet 62f ditemukan kemudian oleh Eroc Algol dari University of Washington.
Kedua planet tersebur bersama tiga planet lainnya di sistem Kepler-62 memang diketahui ukurannya, namun massa masih belum diketahui. Tiga planet lainnya di sistem Kepler-62 mengorbit pada jarak yang sangat dekat dengan bintang induknya.  Dari ketiga planet tersebut, dua di antaranya memiliki ukuran lebih besar dari Bumi dan satu planet seukuran Mars.  Kepler-62b, Kepler-62c dan Kepler-62d mengorbit bintang induk dalam waktu 5, 12 dan 18 hari menjadikan ketiganya sebagai planet super panas yang tidak akan cocok untuk memiliki kehidupan jika kehidupan itu sama seperti yang kita kenal di Bumi.
Sistem Kepler-69
Selain sistem Kepler-62, Wahana Kepler juga mengumumkan keberadaan dua planet yang mengitari bintang Kepler-69 yang berada pada jarak 2700 tahun cahaya dari Bumi di rasi Cygnus.  Bintang Kepler-69 merupakan bintang serupa Matahari dengan ukuran 93 persen ukuran Matahari dan massa 0,81 massa Matahari. Bintang yang memiliki kecerlangan 80 persen kecerlangan Matahari tersebut memiliki temperatur yang juga tak beda jauh dari Matahari yakni 5638 K dengan zona laik huni merentang dari 0,62 – 1,10 AU.
Perbandingan Sistem Kepler-69 dan Tata Surya. NASA Ames/JPL-Caltech
Perbandingan Sistem Kepler-69 dan Tata Surya. NASA Ames/JPL-Caltech
Dari dua buah planet yang mengitari Kepler-69, planet Kepler-69c merupakan kandidat planet laik huni karena berada pada rentang zona laik huni bintang pada jarak 0,64 AU.
Ada hal menarik dari Kepler-69c. Planet yang satu ini mengitari bintang induknya dalam waktu 242,46 hari mirip dengan Venus yang mengitari Matahari selama 224, 7 hari.  Exoplanet Kepler-69c juga diketahui memiliki ukuran 70 persen lebih besar dari Bumi atau 1,71 kali radius Bumi menjadikannya exoplanet laik huni yang memiliki kemiripan dengan Bumi. Akan tetapi, sampai saat diumumkan para astronom belum bisa mengetahui komposisi planet Kepler-69c yang memiliki temperatur 299K tersebut.
Planet lainnya yang berada lebih dekat ke bintang Kepler-69 dalam sistem ini adalah planet Kepler-69b yang berada 0,094 AU dari si bintang. Planet Kepler-69b memiliki ukuran 2,24 ukuran Bumi dengan temperatur 779 K. Dalam perjalanannya, ia mengorbit bintang induknya setiap 13,72 hari.
Perbandingan planet laik huni di Kepler-62, Kepler-69 dan Tata Surya. Kredit: L. Kaltenegger (MPIA)
Perbandingan planet laik huni di Kepler-62, Kepler-69 dan Tata Surya. Kredit: L. Kaltenegger (MPIA)
Kehidupan lain itu…
Mencari kehidupan lain di planet yang bahkan tak akan bisa disentuh dari Bumi dan bahkan tidak bisa dilihat secara langsung oleh mata kita bukanlah perkara mudah. Apalagi ada banyak bintang di alam semesta yang harus di selidiki. Karena itu, para astronom pada awalnya memperkecil area pencarian pada bintang-bintang serupa Matahari. akan tetapi dalam perkembangan, bintang kelas M dan K juga diketahui memiliki sistem keplanetan.
Nah, untuk mencari kehidupan lain di alam semesta, lingkup pencarian diperkecil menjadi planet serupa Bumi dalam ukuran, massa, maupun komposisi. Apalagi contoh kehidupan yang kita ketahui saat ini hanyalah Bumi dimana Matahari merupakan bintang induknya. Maka tentunya syarat yang diterapkan pun harus yang “mirip” Bumi untuk mempermudah pencarian. Karena kehidupan yang kita kenal adalah kehidupan berbasis karbon,
Perbandingan planet laik huni yang sudah ditemukan. Kredit: NASA/Ames/JPL-Caltech
Perbandingan planet laik huni yang sudah ditemukan. Kredit: NASA/Ames/JPL-Caltech
Maka bisa dikatakan mencari planet serupa Bumi itu seperti mencari jarum di antara tumpukan jerami. Apalagi saat awal penemuan planet extrasolar, instrumentasi belum mendukung untuk menemukan planet batuan yang kecil.
Saat ini, Wahana Kepler punya kemampuan yang baik dalam melakukan pengamatan planet-planet batuan yang kecil. Tapi itupun tidak langsung bisa dilihat. Planet itu ukurannya sangat kecil. Jika bintang di kejauhan saja hanya tampak seperti titik, bagaimana dengan planet yang ukurannya super kecil dibanding bintang? Karena itu Wahana Kepler dalam mencari planet baru menggunakan teknik transit. Dengan cara ini Kepler bisa menemukan keberadaan planet di bintang lain. Yang ia lakukan adalah mengamati perubahan kecerlangan cahaya bintang. Jika ada planet di bintang tersebut, maka suatu saat ketika si planet mengorbit bintang induknya ia akan melintas di depan wajah bintang yang berhadapan dengan Kepler. Pada saat itu, planet yang lewat meskipun snagat kecil ia akan menimbulkan kedipan sekejap pada kecerlangan bintang sehingga bintang tampak meredup sesaat. Dari sinilah Kepler bisa mengidentifikasi apakah ada planet di sebuah bintang.

Tapi mencari sesuatu yang “identik” tidaklah mudah. Saat ini para astronom masih belum bisa mengetahui apakah kehidupan bisa tumbuh dan berevolusi di planet yang baru saja ditemukan Kepler. Akan tetapi, penemuan tersebut merupakan jejak penting untuk melangkah maju dalam pencarian planet laik huni serupa Bumi di bintang lain

Kepler-22b, Satu Langkah Menuju Bumi Lain

Planet Bumi yang lain atau bagi kalangan astronom lebih dikenal sebagai planet laik huni adalah harapan bagi para astronom dan juga manusia untuk menemukan sebuah petunjuk keberadaan kehidupan lain selain Bumi.
Ilustrasi Planet Kepler-22b. Kredit : NASA/Ames/JPL-Caltech
Februari 2011 Kepler mengumumkan penemuan 54 kandidat planet yang berada dalam zona laik huni. Kandidat-kandidat tersebut kemudian dipelajari lebih lanjut untuk mengetahui apakah mereka benar sebuah planet atau bukan.
Hasilnya?  Planet pertama dari ke-54 kandidat ini pun dikonfirmasi sebagai sebuah exoplanet atau planet yang mengorbit bintang lain selain Matahari. Dan dia juga masuk dalam jajaran planet yang berada di zona laik huni. Artinya ada kemungkinan si planet ini bisa mendukung adanya kehidupan.
Tapi ada hal lain yang menarik dari planet baru ini. Planet yang diberi nama Kepler-22 punya keunikan selain keberadaannya di zona laik huni. Bintang induk dari planet Kepler-22 adalah sebuah bintang serupa Matahari.  Apakah lantas Kepler-22 bisa menjadi “saudara” Bumi?
Planet Kepler-22b
Exoplanet Kepler-22 yang ditemukan oleh wahana ruang angkasa Kepler tersebut memiliki ukuran 2,4 kali radius Bumi. Dan para ilmuwan pun belum bisa mengetahui apakah komposisi Kepler-22 didominasi batuan, gas atau cairan. Yang pasti penemuan Kepler-22 membawa manusia satu langkah lebih dekat untuk menemukan planet serupa Bumi.
Jadi, meskipun Kepler-22 memiliki bintang induk yang sama yaitu yang serupa Matahari, tapi bukan berarti ia adalah saudara kembar Bumi.  Kalau dianalisa dari ukuran, maka planet Kepler-22 lebih mirip planet gas Neptunus dibanding planet batuan. Tapi kalau ditilik dari lokasinya yang berada di zona laik huni bintang, tentunya ia berada pada orbit yang temperaturnya mirip dengan lokasi dimana Bumi berada.  Zona laik huni adalah area yang dimiliki bintang yang bisa mempertahankan keberadaan air dalam wujud cair di permukaan planet. Artinya lagi, zona ini berada tidak terlalu dekat atau terlalu jauh dari bintang sehingga temperaturnya hangat. Temperatur permukaan planet Kepler-22b diperkirakan 22º Celsius.
Perbandingan area laik huni antara Tata Surya dan Kepler-22. Kredit : ASA/Ames/JPL-Caltech
Planet Kepler-22b berada 600 tahun cahaya dari Bumi dan mengitari bintang induknya di rasi angsa aka rasi Cygnus dalam waktu 290 hari. Bintang yang ia kitari memang merupakan bintang serupa Matahari yakni bintang tipe-G meskipun sedikit lebih kecil dan lebih dingin.
Apakah Kepler-22b Laik Huni?
Exoplanet Kepler-22b memang ditemukan berada di zona laik huni bintang induknya. Artinya, ia berada di area dimana air yang merupakan salah satu komponen penting bagi tumbuh kembangnya kehidupan bisa dipertahankan dalam wujud cair. Ini penting karena air yang dibutuhkan adalah air dalam wujud cair bukan uap air atau es.  Mengapa demikian?
Sederhananya karena inilah kehidupan yang kita kenal. Kehidupan seperti yang kita miliki di Bumi.  Nah dengan temperatur permukaan Kepler-22b yang diperkirakan 22º C, bagaimana kemungkinan kehidupan di sana?
Ada beberapa pendapat yang muncul setelah Kepler-22b diumumkan sebagai planet pertama laik huni di bintang serupa Matahari. Salah satunya datang dari peneliti Abel Mendez yang juga membuat katalog Planet Laik Huni dari Universitas Puerto Rico, Arecibo.  Ia menggunakan radius Kepler-22b yang hanya 2,4 kali Bumi untuk menghitung kemungkinan massa dan kerapatan planet.  Teori paling optimis agar planet ini bisa memiliki kehidupan jika Kepler-22b merupakan planet air alias planet yang memiliki lautan global dan awan. Tapi, Mendez sendiri senang jika ternyata ia salah.
Astronom Sara Seager dari MIT memberi catatan kalau ukuran Kepler-22b memungkinkan keberadaan atmosfer yang masif lengkap dengan efek rumahkaca yang masif. Artinya planet ini akan mirip Venus yang sangat panas. Terlalu panas bagi kehidupan untuk bisa bertahan.
Perkiraan temperatur di Kepler-22b ini dilakukan dengan dasar properti atmosfer serupa Bumi dan efek hangat. Ilmuwan belum bisa menentukan apakah planet tersebut memang memiliki komposisi serupa Bumi jika tidak diketahui massanya. Jika massanya sudah diketahui, maka dapat diketahui apakah planet ini memiliki komposisi batuan, lautan ataukah gas.  Sara Seager sendiri mengasumsikan kalau Kepler-22b merupakan planet gas yang adalah Neptunus mini, planet yang diperkirakan absen dari Tata Surya.
Tapi bisa juga Kepler-22b merupakan planet batuan yang rapat. Jika memang demikian, Kepler-22b diperkirakan akan memiliki atmosfer tipis dan ada kesempatan bagi si planet untuk menjadi planet laik huni.
Deteksi Kepler-22b
Wahana ruang angkasa Kepler dalam melakukan pengamatan dari Mei 2009 telah mengumumkan kandidat planet baru sebanyak 2326 kandidat. Di antaranya, 207 kandidat berukuran Bumi, 680 merupakan kandidat Super Bumi, 1181 seukuran Neptunus, 203 kandidat seukuran Jupiter dan 55 kandidat lebih besar dari Jupiter.  Dan Kepler-22b seperti yang sudah disebutkan, merupakan kandidat pertama yang dikonfirmasi sebagai planet dari 54 kandidat planet laik huni yang diumumkan Februari 2011. Dari ke-54 kandidat planet laik huni, saat ini tersisa 48 kandidat planet laik huni yang berdiam di zona laik huni bintangnya.
Tim Kepler juga sedang menyusun definisi mengenai kondisi zona laik huni kedalam katalog baru mereka untuk memperhitungkan juga efek hangat dari atmosfer. Redefinisi ini bisa jadi justru menggeser zoa laik huni makin jauh dari bintang.
Wahana Kepler mencari exoplanet dan kandidat exoplanet dengan mengukur penurunan kecerlangan pada lebih dari 150.000 bintang untuk melihat jika ada planet yang melintas atau transit di depan sebuah bintang. Untuk bisa memastikan sinyal tersebut adalah sebuah kandidat planet, Kepler membutuhkan setidaknya 3 kali transit.
Kepler-22b pertama kali dideteksi 3 hari setelah wahana Kepler diumumkan beroperasi. Dan transit ketiganya dikonfirmasi pada akhir tahun 2010. Setelah itu tim Kepler menggunakan teleskop landas bumi dan juga Teleskop Spitzer untuk melakukan pengamatan pada kandidat planet yang dilihat Kepler.  Area yang diamati Kepler di rasi Cygnus dan Lyra hanya bisa dilihat oleh teleskop landas Bumi saat musim semi sampai awal musim gugur.  Data yang dibutuhkan dari observasi lainnya ini digunakan untuk menentukan apakah si kandidat planet tadi memang sebuah planet.
Kepler-22b memang menjadi batu loncatan menuju penemuan kembaran Bumi di bintang serupa Matahari. Apalagi dengan adanya peningkatan jumlah kandidat planet Bumi dan Super Bumi yang mencapai 200 dan 140 persen sejak bulan Februari. Data baru ini sekaligus menunjukkan kalau planet seukuran Bumi “berlimpah” di galaksi.

Dan seandainya planet kembar Bumi ditemukan dan planet itu ternyata bisa memiliki kehidupan, bagaimana sikap kita?